WELCOME TO DIGITAL WORLD
Rojaki, M.Pd. ( Guru Bahasa Indonesia kelas XI)
Abad 21, era digital, era revolusi industri 4.0, era gempuran teknologi informasi, apapun istilahnya, menyadarkan kita bahwa kita tengah berada di bumi perubahan. Revolusi peradaban manusia yang terus bergerak.
Setiap orang dipastikan mengakses informasi dengan mudah dan cepat. Terutama dengan bantuan teknologi informasi yang terus berkembang seiring kemajuan zaman. Bentuk informasi pun ikut berkembang, informasi yang dulunya dikemas dalam bentuk tercetak seperti surat kabar, majalah dan buku, kini juga tersedia dalam bentuk digital.
Arus penyebaran informasi dalam bentuk digital begitu pesat terlebih dengan bantuan internet yang memudahkan penggunanya untuk dapat mengakses informasi kapan saja dan di mana saja. Mudahnya akses informasi dan penyebaran informasi yang cepat membuat informasi yang tersedia semakin banyak dan tak terbendung.
Jutaan informasi yang tersedia di internet tidak jarang membuat seseorang kebingungan dalam menggunakan informasi yang dibutuhkannya. Selain itu, berkembangnya teknologi informasi menuntut penggunanya tidak hanya paham dalam memanfaatkan sumber informasi, namun juga dapat menggunakan dan mengoperasikan perangkat yang digunakan untuk mengakses informasi.
Presiden RI, Ir. Joko Widodo pun dalam suatu kesempatan pernah mengungkapkan, salah satu keterampilan yang harus dimiliki Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di abad ke- 21 adalah kemampuan literasi. Kemampuan literasi atau keberaksaraan merupakan kemampuan seseorang yang tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, namun mencakup kemampuan dalam mengintepretasi sumber informasi dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Selain itu, ia pun menambahkan bahwa perlunya kemampuan literasi digital agar rakyat indoensia tidak mudah termakan hoaks.
Kegiatan berliterasi sangat penting bagi generasi muda saat ini terutama pelajar maupun mahasiswa. Megapa demikian? Karena keterampilan literasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membantu generasi terpelajar dalam memahami sebuah teks lisan, tulisan, maupun gambar/visual.
Budaya literasi sekiranya perlu diimplementasikan mulai sekarang dan sedini mungkin dalam dunia pendidikan. Terlebih sekarang, kita hidup di zaman serba digital yang memberi dampak postif dan juga negatif. Kita ketahui bersama bahwa budaya literasi di Indonesia menjadi persoalan yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Sumber data menyebutkan bahwa Indonesia masuk dalam urutan bawah terkait tingkat literasi. Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya berbicara dan mendengar dari pada membaca kemudian mengungkapkannya dalam sebuah tulisan. Lihat saja, masyarakat pun cenderung lebih senang menonton dan mengikuti siaran televisi dari pada membaca.
Pembelajaran Literasi Digital
Perkembangan dunia digital tentunya bisa menimbulkan dua sisi yang berlawanan dalam kaitannya dengan pengembangan literasi di sektor pendidikan. Berkembangnya peralatan digital dan akses akan informasi dalam bentuk digital juga bisa menimbulkan tantangan dan peluang. Banyak orang pesimistis dengan perkembangan literasi di era digital saat ini. Salah satu kehawatiran yang muncul adalah semakin merosotnya budaya baca masyarakat yang memang dalam tingkat yang masih rendah. Kehadiran berbagai peralatan gawai (gadget) yang bisa terhubung dengan jaringan internet mengalihkan perhatian orang dari buku ke gawai yang mereka miliki. Apalagi dengan perkembangan berbagai media sosial yang semakin digandrungi oleh semua kalangan masyarakat.
Literasi digital juga menjadi bagian dari rencana jangka panjang badan PBB yang mengurusi soal pendidikan dan kebudayaan. Dalam kerangka kerja (frame work) UNESCO (2015-2020), literasi digital menjadi pilar penting untuk masa depan pendidikan. Literasi digital menjadi basis pengetahuan, yang didukung oleh teknologi informasi secara terintegrasi. Prinsip belajar ini di antaranya: (1) belajar berpikir (learning to think), (2) belajar berbuat (learning to do) , (3) ( belajar menjadi sesuatu (learrning to be), (4) (belajar hidup bersama (learning to live together). Keempat prinsip belajar tersebut, tujuannya sama yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas yaitu bangsa yang mampu menempatkan posisinya sesuai situasi dan kondisi.
Tantangan yang menjadi kehawatiran banyak kalangan perlu dirubah menjadi perasaan optimistis dengan mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, perkembangan gawai dan jaringan internet merupakan kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang tidak bisa dielakkan. Justru semua itu dimaksudkan untuk mempermudah kehidupan manusia yang terus berkembang. Kedua, generasi saat ini di sebut dengan digital native, yang mana mereka hidup di era digital sehingga sudah barang tentu akan terbiasa dengan berbagai peralatan berbasis digital dan internet. Sehingga bisa dilihat bagaimana anak-anak bisa cepat akrab dengan gawai dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Mengacu pada dua hal ini, tentunya dapat diarahkan dalam membantu mengembangkan literasi di masyarakat, khususnya siswa dan mahasiswa. Peralatan dan jaringan internet yang ada bisa dijadikan media yang dapat membantu mereka mengembangkan kemampuan literasi mereka tanpa menegasikan teks berbasis cetak. Justru digitalisasi bisa dijadikan media perantara untuk menuju praktik literasi yang dapat menghasilkan teks berbasis cetak.
Sebagai contoh sederhananya saja, kegiatan menulis di blog pribadi bisa diarahkan untuk mengumpulkan tulisan untuk kemudian bisa dicetak menjadi buku yang berisi kumpulan tulisan dengan tema tertentu yang diambil dari blog pribadi. Bagi kalangan muda yang gemar menulis di jejaring sosial bisa diarahkan sebagai latihan untuk menulis dan mengemukakan gagasan tentang sesuatu yang dekat dengan mereka. Misalnya komedian, bintang film sekaligus komika Indonesia, Raditia Dika. Ia menulis di blog yang kemudian dibukukan dan sangat laris di pasaran. Guru pun mampu mengarahkan dan bimbingan menulis melalui media sosial semisal whatsap atau face book.
Rojaki, M.Pd. ( Guru Bahasa Indonesia kelas XI)