PEMBELAJARAN MENYENANGKAN MELALUI METODE THINK-PAIR- SHARE
Tulisan/artikel ini dipublikasikan di Koran Harian Sumeks, Kolom Opini 8 Oktober 2018
Belajar Semanis Madu
Anda pasti tersenyum, jika diminta menghadirkan pembelajaran semanis madu dan pastinya baik bagi kesehatan. Madu merupakan simbol metode dan model pembelajaran yang manis dan disukai.
Era disrupsi seperti sekarang ini, dunia pendidikan dituntut mampu membekali peserta didik ketrampilan abad 21 (21st Century Skills). Hal ini tentunya berkaitan dengan revolusi industri 4.0 yang memunculkan perubahan yang bergitu cepat di berbagai bidang kehidupan termasuk dunia pendidikan.Untuk mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran juga harus disesuikan melalui pembelajaran terpadu (blended learning). Pembelajaran terpadu ini yaitu mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi peserta didik.
Revolusi Industri 4.0 ini merupakan era inovasi disruptif, dimana inovasi ini berkembang sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru (new market). Menghadapi tantangan yang besar tersebut, maka dunia pendidikan dituntut untuk berubah dan berbenah untuk lebih baik lagi dalam mencipatakan generasi yang siap menghadapi tantangan perubahan zaman. Termasuk pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan berlanjut ke jenjang perguruan tinggi. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system).
Mengingat tantangan yang besar tersebut, maka guru pun harus terus belajar meningkatkan standar kompetensi guru sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial saat ini. Inovasi dan strategi pembelajaran yang tepat serta menarik sejatinya harus terus dikembangkan oleh seorang guru. Hal demikian tentunya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi di dalam proses belajar mengajar di kelas. pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis pada teks pun tak lepas dari tantangan tersebut mengingat pembelajaran bahasa indonesia pada kurikulum 2013 telah mengacu pada pembelajaran berbasis teks. Hal ini akan membuat jenuh dan monoton selama proses kegiatan belajar mengajar di kelas jika tidak diimbangi dengan model dan strategi yang tepat di kelas.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kita ketahui bahwa pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 pembelajaran berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks (membaca dan menulis) menuntut peserta didik untuk lebih aktif menggunakan penalarannya dalam belajar. Peserta didik yang terjangkiti penyakit malas membaca akan semakin kesulitan di dalam memahami isi bacaan. Hal ini juga memengaruhi peserta didik dalam kemampuan menulis karena keterampilan menulis yang membutuhkan penguasaan materi-materi pendukung sebagai modal dasar. Misalnya penguasaan kosa kata, diksi, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, pemahaman secara aplikatif tentang ejaan dan tanda baca, logika, serta struktur berpikir yang runtut. Kesemuanya ini baru dapat terlaksana dengan baik jika peserta didik rajin membaca.
Gempuran teknologi semestinya membuat kita semakin perkasa dan unggul. Kepedulian kita sebagai penduduk di era digital ini ditantang. Serangan gawai pada siswa begitu masif yang berakibat rendahnya tingkat keterbacaan siswa pada bahan bacaan berkualitas.
Selain itu, Kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada perkembangan zaman dan bertumpu pada penguatan penalaran, bukan hafalan semata. Selain itu, keluaran (output) yang diharapkan adalah insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi sehingga guru dituntut untuk lebih bergairah dalam mengajar.
Dibutuhkan pengetahuan yang luas dan kemampuan mengolah kata serta kalimat secara baik. Selain itu, latihan secara rutin terus menerus, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, media pembelajaran yang menarik dan teknik pembelajaran yang tepat akan memengaruhi proses menulis peserta didik dalam mengembangkan potensinya yang berhubungan dengan kompetensi memproduksi sebuah teks.
Pembelajaran Model TPS (Think-Pair-Share)
Untuk mencipatakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna di kelas, model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share yang dikembangkan oleh Spencer Kagan dari United States, Amerika Serikat dapat dipraktikkan dalam pembelajaran menulis laporan teks observasi. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berpikir-berpasangan-berbagi.
Model pembelajaran tipeThink-Pair- Share ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain dan mengomunikasikan pemikirannya. Model pembelajaran tipe ini dilaksanakan dalam tiga tahap inti yaitu think atau tahap berpikir, pair atau tahap berpasangan, share atau tahap kelompok berempat.
Impelementasi pembelajaran model ini dijabarkan melalui enam tahap. Tahapanya di antaranya pemodelan teks, penggalian ide, diskusi, observasi, penulisan laporan, dan presentasi. Berikut ini dijabarkan secara rinci. Tahap pertama adalah pemodelan teks, tahap ini peserta didik dibimbing membaca sebuah teks observasi yang disediakan oleh guru. Peserta didik terlihat antusias membaca contoh teks laporan hasil observasi dan mengidentifikasi struktur serta kaidah yang membangun teks yang telah dibaca. Hal ini terlihat dari pertanyaan- pertanyaan yang diajukan siswa kepada guru saat menemukan kesulitan.
Tahap kedua, Tahap penggalian ide merupakan tahap penentuan tema. Pada tahap ini siswa yang suka membaca dan wawasannya luas akan cepat menemukan ide dan menyetorkan pada ketua kelompok.
Tahap ketiga adalah diskusi. Kegiatan ini merupakan tahap penting bagi setiap kelompok, karena setiap ide yang dimiliki oleh anggota kelompok didiskusikan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam kelompok. Dalam kegiatan ini terlihat adu argumentasi yang cukup seru karena masing-masing individu berusaha mempertahankan ide/gagasan yang diperolehnya. Jika belum mencapai kesepakatan, ketua kelompoknya akan mengambil keputusan ide siapa yang paling baik, mudah dilaksanakan, dan tentu saja didukung oleh anggota lainnya akan terpilih menjadi tema. Pada akhirnya, pembelajaran kooperatif dapat tercapai dengan baik, karena keputusan yang dimunculkan atas dasar musyawarah.
Tahap keempat adalah kegiatan observasi, kegiatan ini merupakan hal yang paling menyenangkan bagi peserta didik, karena proses pembelajaran berlangsung di luar kelas dalam suasana santai. Setiap individu dalam kelompok melakukan pengamatan sesuai bagiannya. Ada yang kebagian melakukan wawancara, sebagai observator, sekretris, dan ketua. Dalam kegiatan ini dimunculkan pendidikan karakter bagi peserta didik. Karena masing-masing anggota memiliki tugas yang berbeda sebagai bentuk tanggung jawab yang harus diselesaikan.
Tahap kelima adalah penulisan laporan. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi. Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi. Kegiatan ini pastinya berlangsung cukup seru karena adu argumentasi masing-masing anggota untuk mempertahankan pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah mencapai kesepakatan revisi, akhirnya sektretaris kembali menulis dalam bentuk tek laporan observasi utuh.
Tahap keenam adalah presentasi, setiap kelompok secara bergiliran melakukan presentasi di depan kelas. Kelompok lain yang belum presentasi diberi kesempatan untuk bertanya atau menanggapi serta memberikan masukan. Kegiatan selanjutnya adalah penulisan laporan. Penulisan ini didasarkan pada hasil observasi yang telah dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Dalam kegiatan ini kegiatan diskusi dilakukan kembali untuk menyatukan hasil kerja masing-masing individu. Setelah menemukan kesamaan persepsi sekretaris kelompok akan menulis menjadi bentuk laporan hasil observasi. Jika sudah ditulis dalam bentuk teks, maka kegiatan dilanjutkan membaca ulang, mengindentifikasi struktur dan kaidah sebuah teks laporan hasil observasi. Bila ditemukan beberapa kesalahan maka anggota kelompok lainnya akan mengoreksi.
Demikian proses pembelajaran melalui model pembelajaran Think-Pair-Share di kelas pada pembelajaran menulis teks observasi. Tentunya ada harapan baik yakni peningkatan kualitas siswa selama proses belajar baik secara kognitif maupun afektif. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya meningkatnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kerja sama peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, antusiasme dalam mengikuti pembelajaran dan meningkatmya kemampua siswa dalam menulis laporan teks observasi pada pembelajaran bahasa Indoensia terus meningkat.
Model ini sangat tepat diterapkan untuk melatih kerjasama pada peserta didik. Tidak hanya kemampuan kogintif, akan tetapi secara afektif rasa peka, rasa ingin tahu, peduli dan kerjsama dalam tim akan terbangun. Selamat mencoba model pembelajaran yang menyenangkan ini. Hal ini tentunya bertujuan meningkat prestasi belajar peserta didik kita sehingga tumbuh karakter mulia dengan prestasi gemilang nantinya.