Membumikan Pendidikan Karakter di Era Pandemi Covid-19
Penulis : Asti Triasih,S.Sos.I.,M.Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Sekayu
Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang marak diperbincangkan dalam dunia pendidikan di era Pandemi. Pendidikan merupakan salah satu proses yang di dalamnya terdapat suatu aturan dan prosedur yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Peserta didik memiliki tanggungjawab yang sama dalam proses pembelajaran. Pendidikan menjadi pilar utama untuk memajukan generasi penerus bangsa demi perkembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual tersebut nantinya akan membentuk kepribadian atau karakter anak
Karakter yang ada pada anak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dipengaruhi oleh kondisi psikologis anak dan lingkungan keluarga, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh pergaulan anak. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan pembentukan karakter pada anak. Karakter yang dimiliki anak dapat menentukan pola pikir mereka dalam melakukan suatu tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter peserta didik yang baik dapat dilakukan di tempat ia mengenyam pendidikan sejak dini mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sampai dengan perguruan tinggi. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Oleh karena itu, diperlukan kepedulian oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah (Hidayatullah, 2010).
Di dalam Al-Qur’an juga menjelaskan masalah karakter yang ada dalam surah Al-Luqman ayat 13 yang artinya:“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa kasih sayang, perhatian bukanlah mengutamakan harta benda atau tujuan dan kenikmatan duniawi kepada anaknya. Terkadang banyak orang tua, sebagai bukti kasih sayang kepada anaknya, mereka memberikan kemewahan duniawi. Secara tidak langsung orang tua seperti itu mengajarkan kecintaan kepada kefanaan duniawi.
Namun apabila orang tua mencontoh Luqman bagaimana Luqman memberikan kasih sayangnya barangkali akan membentuk generasi beriman yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi dan berakhlak mulia. Tanggung jawab pendidikan karakter ada di tangan kita bersama demi mewujudkan pembangunan pendidikan nasional yang didasarkan pada paradigma membangun manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia Indonesia yang memiliki keimanan, ketakwaan, akhlak mulia dan budi pekerti yang luhur, memiliki kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menguasai ilmu pengetahuan, serta memiliki kecakapan dan keterampilan demi Indonesia unggul (Arifin , 2003).
Tantangan Karakter Era Pandemi
Selama ini sekolah menjadi salah satu instutisi pendidikan yang bertanggung jawab mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta karakter peserta didik. Orang tua menaruh harapan dan kepercayaan kepada sekolah sebagai pusat pendidikan akademik dan pendidikan karakter. Proses pembentukan nilai-nilai karakter peserta didik berjalan seiring proses pembelajaran di sekolah. Namun, sejak pandemic merebak dan sekolah tidak diizinkan untuk dibuka kelangsungsungan pendidikan karakter menjadi hal yang paling dicemaskan orang tua dan guru.
Pembiasaan karakter terhadapa peserta didik yang dilakukan guru tidak dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Tantangan pelaksanaan pendidikan karakter di era pandemic menjadi dilema bagi guru-guru. Karena penilaian yang biasanya dilakukan secara tatap muka, observasi langsung serta penilaian jurnal untuk peserta didik. Sekarang harus dibiasakan untuk melakukannya secara daring tanpa melihat langsung peserta didik dan tidak ada ikatan emosional diantara kedua belah pihak.
Salah satu kunci pendidikan karakter adalah adanya figur yang memberikan contoh. Di sekolah, yang menjadi figur bagi peserta didik dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter adalah sosok seorang guru. Guru yang berkarakter akan mampu menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya sehingga dapat ditiru oleh peserta didik. Karena pada prinsipnya seorang anak adalah peniru. Peserta didik akan mudah mengembangkan karakternya dengan meniru atau menyaksikan perilaku gurunya.
Pembiasaan dan contoh teladan yang diberikan guru akan melahirkan peserta didik yang memiliki karakter mulia. Misalnya saja, peserta didik terbiasa disiplin dengan datang tepat waktu karena melihat guru-gurunya juga selalu hadir tepat waktu. Ketika mengikuti ujian, peserta didik akan berusaha jujur karena menyadari gurunya selalu mengutamakan kejujuran dalam kesehariannya. Demikian juga, mereka akan terbiasa bersikap sopan karena mencontoh gurunya yang selalu bersikap sopan.
Langakah Membumikan Karakter Peserta Didik
Pendidikan karakter melalui sekolah jarak jauh di saat peserta didik PJJ (Pembejaran Jarak Jauh) dapat tetap dikawal dan dikontrol oleh guru. Pertama, dengan memberikan lembar pemantauan karakter. Ada banyak karakter positif yang masih dapat dikembangkan oleh guru sesuai kompetensi inti dari kurikulum darurat versi pandemic covid-19 seperti memiliki sifat religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, toleransi, gotong royong, santun, percaya diri. Guru dapat mengembangkan lembar pemantauan untuk diberikan kepada peserta didik dan untuk orang tua. Lembar pemantauan tersebut dinilai oleh guru, setelah itu guru memberikan umpan balik yang juga bisa langsung dicek oleh orang tua/wali peserta didik.
Kedua, Guru kemudian menguatkan karakter yang sudah baik dan mengubah karakter yang masih tidak sesuai. Guru dapat pula memberikan penghargaan (reward) kepada peserta didik yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar, hasil nilai ulangan harian yang bagus, hafalan ayat Al-Qur’an atau yang lainnya. Setidaknya dengan mengucapkan selamat di group whatsapp (WA) atau Telegram peserta didik, dan memberikan hukuman (punishment) melalui whatsapp (WA) atau Telegram jalur pribadi agar nama baiknya tetap terjaga dan anak tidak merasa direndahkan di depan teman-temannya.
Ketiga, Guru diawal pembelajaran menayakan kepada peserta didik sudah melaksanakan shalat atau belum, atau bisa juga dengan memberikan lembar pengamatan untuk orang tua yang melihat ibadah wajib yang dilakukan anak-anaknya. Penumbuhan nilai relegius, juga dapat dilakukan dengan mengingatkan anak untuk jangan lupa shalat atau rehat sejenak untuk shalat disaat terdengar suara azan pada proses pembelajaran daring dilakukan.
Keempat, Peserta didik juga dapat diberikan ucapan selamat jika mengerjakan tugas tepat waktu, serta mengikuti zoom dan mengaktifkan videonya hingga selesai pembelajaran dan diberikan hukuman jika terlambat mengerjakan tugas sebagai bentuk penanaman karakter kedisiplin. Selain itu juga memberikan ucapan terima kasih disaat peserta didik tepat waktu dalam pembelajaran daring, dan menegur peserta didik yang telat untuk mengikuti kelas daring.
Kelima, Ketika ada peserta didik tidak dapat mengikuti kelas daring dan tidak mengerjakan tugas karena tidak memiliki kuota internet, maka guru yang diketahui wali kelasnya dapat mengajak teman-teman kelasnya untuk membantu temannya sebagai bentuk penanaman karakter empati dan peduli.
Keenam, Guru dan wali kelas harus selalu mengontrol setiap kata yang ditulis oleh peserta didik di dalam group whatsapp (WA) atau Telegram anak-anak sebagai bentuk penanaman karakter sopan dan santun dalam berucap lewat tulisan dan bertanggung jawab atas semua ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan sebagai penumbuhan pribadi yang berkarakter.
Dari itu, marilah kita tetap bersemangat untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik meskipun tidak dilakukan secara langsung. Sehingga peserta didik masih dapat menerapkan nilai karakter dalam kehidupan-sehari-hari. Sehingga tujuan pendidikan karakter untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik akan tercapai.
Asti Triasih,S.Sos.I.,M.Pd.I (Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Sekayu