GURU REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Foto 1. Rojaki, M.Pd. Menjadi Pembicara dalam Kegiatan Bincang-bincang Literasi dengan Topik, “Ledakkan Potensimu Lewat Literasi” di SMA Kusuma Bangsa Palembang. Kegiatan diselenggarakan sebelum masa pandemi Covid-19.
[dok. pribadi]
Revolusi Industri 4.0 memunculkan perubahan yang bergitu cepat di berbagai bidang kehidupan termasuk dunia pendidikan. Di era disrupsi seperti saat ini, dunia pendidikan dituntut mampu membekali peserta didik keterampilan abad 21 (21st Century Skills).
Keterampilan abad 21 yang dimaksud adalah ketrampilan peserta didik untuk bisa berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan kolaborasi yang dikenal dengan keterampilan 4C. Selain itu, peserta didik pun dituntut memiliki kecakapan dalam mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan informasi dan teknologi.
Untuk mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran dan best practices juga harus disesuikan melalui atau pembelajaran terpadu (blended learning). Yaitu mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi peserta didik.
Strategi pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk mencapai ketrampilan abad 21 yakni menggunakan pendekatan berbasis proyek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis inovasi (innovation learning) yang sangat populer diterapkan di negara Finlandia dan pembelajaran kontekstual (Contextaul Teaching and Learning).
Selain itu, guru dituntut memiliki kompetensi yang kuat sekaligus berperan menebar “passion” dan inspirasi serta menjadi teladan karakter. “Pembelajaran di era disrupsi harus mampu membekali peserta didik kemampuan pembelajaran berkelanjutan (sustainable learning)
Tidak hanya itu saja, guru pun harus membekali ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang sedang “in” di dunia ini dan pemanfaatan teknologi digital untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang kompeten dan berdaya saing global.
Guru Era Pendidikan 4.0
Saat ini, kita menghadapi revolusi industri keempat yang dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Ini merupakan era inovasi disruptif, di mana inovasi ini berkembang sangat pesat, sehingga mampu membantu terciptanya pasar baru (new market). Menghadapi tantangan yang besar tersebut, maka pendidikan pada satuan pendidikan pun dituntut untuk berubah juga. Termasuk pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah bahkan berlanjut ke jenjang perguruan tinggi. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber (cyber system).
Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan batas waktu. Oleh karena itu, pemerintah seyogyanya harus menyediakan fasilitas yang memadai dalam menyongsong era pendidikan 4.0. Sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan, guru seyogyanya meng-upgrade kompetensi dalam menghadapi era Pendidikan 4.0. Peserta didik yang dihadapi guru saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing lagi dengan dunia digital. Peserta didik sudah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa produk sekolah yang diluluskan harus mampu menjawab tantangan industri 4.0.
Mengingat tantangan yang besar tersebut, maka guru harus terus belajar meningkatkan kompetensi sehingga mampu menghadapi peserta didik generasi milenial. Jangan sampai timbul istilah, peserta didik era industri 4.0, belajar dalam ruang industri 3.0, dan diajarkan oleh guru industri 2.0 atau bahkan 1.0. Jika ini terjadi, maka pendidikan kita akan terus tertinggal dibandingkan negara lain yang telah siap menghadapi perubahan besar ini.
Menakar Kualitas Berkompetisi
Era pendidikan 4.0 merupakan tantangan yang sangat berat dihadapi guru. Sosok Jack Ma (CEO Alibaba Group) dalam pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) telah menyelenggarakan pertemuan tahunannya pada 23 s.d 26 Januari 2018 di Davos-Klosters, Swiss dengan tema “Creating a Shared Future in Fractured World” menyatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar abad ini. Jika tidak mengubah cara mendidik dan belajar-mengajar, maka 30 tahun mendatang kita akan mengalami kesulitan besar.
Pendidikan dan pembelajaran yang sarat dengan muatan pengetahuan mengesampingkan muatan sikap dan keterampilan sebagaimana saat ini terimplementasi akan menghasilkan peserta didik yang tidak mampu berkompetisi dengan mesin. Oleh karena itu, guru harus mengurangi dominasi pengetahuan dalam pendidikan dan pembelajaran dengan harapan peserta didik mampu mengungguli kecerdasan mesin.
Pendidikan yang diimbangi dengan karakter dan literasi menjadikan peserta didik akan sangat bijak dalam menggunakan mesin untuk kemaslahatan masyarakat. Era pendidikan 4.0 merupakan jawaban atas terjadinya revolusi industri 4.0. Guru 4.0 sangat dibutuhkan dalam menghadapi era pendidikan 4.0.
Bagaimana menjadi guru 4.0? Pertanyaan ini sangat penting dijawab agar guru mampu meningkatkan kompetensi menuju guru 4.0. Guru 4.0 memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik peserta didik menghadapi Revolusi Industri 4.0. Guru 4.0 merupakan guru yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran.
Guru pun harus mengarahkan siswa untuk cinta pada ilmu pengetahuan dengan cara berliterasi buku dan jurnal ilmiah. Nilai-nilai karakter juga harus di tanamkan dalam proses pembelajaran sehingga luaran yang dihasilkan oleh tiap satuan pendidikan adalah siswa yang cerdas, berwawasan global, siap menghadapi tantangan abad 21 dan beraklak mulia. Inilah proyeksi kebutuhan kompetensi abad 21. Semoga.
Rojaki, M.Pd. (Guru Bahasa Indonesia UPT SMAN 7 Musi Banyuasin)
Foto 2. Pemberian Hadiah Buku Kepada Siswa SMA Kusuma Bangsa di Akhir Acara.
[dok. pribadi]